Friday, September 22, 2017

Arranged

Halo, selamat malam yasminisme (; Ini literally udah tengah malem dan aku belakangan ini suka susah tidur *curhat. Seperti biasa, kalo nggak bisa tidur gini, ada aja random stuff yang dipikirin. Dan tiba-tiba malem ini aku kepikiran tentang perjodohan. Ya, random banget kan.

Jadi, intinya di postingan kali aku mau cerita tentang pemikiran aku terkait perjodohan, atau lebih tepatnya tentang cerita pribadi aku yang mau dijodohin sama kedua orang tuaku. Bener-bener campur aduk rasanya :" Langsung kepikiran, apa bisa aku ngejalanin hidup sama orang yang sama sekali nggak aku kenal dengan baik sebelumnya? Apa aku bisa yakin seratus persen sama calon suami pilihan kedua orang tuaku? Kenapa aku harus mengalami yang namanya perjodohan di zaman yang sangat modern ini? Bukan kah ini semacam tradisi zaman dulu yang nggak cocok diterapkan di zaman kayak sekarang ini?
























Adakah saran dari kalian untuk aku yang mau dijodohin ini? :"






























HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA

PLEASE jangan baper! Aku cuman bercanda :)) Udah cukup drama belum intro postingan ini? HAHA



***

Nggak kok, nggak. Aku nggak dijodohin sama orang tuaku sama siapa pun. Dan sejauh ini yang aku tau, orang tuaku bukan tipe orang tua yang berniat ngejodohin anak-anaknya. Orang tuaku sejauh ini cenderung ngebebasin untuk masalah memilih calon pasangan hidup :"> Ya, tentu ada kriterianya. Tapi, kayaknya nggak perlu ya aku bahas di sini? Haha. Lagian itu bukan hal inti yang akan aku bahas di postingan ini. 


***



Arranged adalah judul salah satu program televisi di kanal Lifetime, yang sebelumnya disiarkan di kanal Fyi dan ada dua season. Acara ini adalah semacam reality show yang pada intinya menceritakan tentang kehidupan sebelum, saat, dan setelah perjodohan. Seru banget sih, in my opinion. Memang agak drama, tapi hal-hal yang ada di dalam setiap episodenya sangat mungkin bener-bener terjadi di kehidupan nyata. Penasaran kayak gimana pemikiran aku tentang reality show ini? Please, bilang penasaran gitu. Kalau bisa bilang, penasaran banget banget banget, yasmin. Please yasmin, ceritain dong pendapat kamu tentang reality show ini, aku penasaran banget deh! HAHAHA makin menjadi-jadi kan monolog nggak jelas aku, maafkan :))))







Dari kiri ke kanan: Veeral & Ragini, Josh & Meghan, Christian & Maria


Di season pertama ada tiga pasangan yang masing-masing berbeda latar belakang budaya tapi ketiganya tinggal di Amerika. Pertama, ada pasangan orang India yang bernama Veeral dan Ragini. Kedua, ada pasangan orang Amerika yang bernama Josh dan Meghan. Ketiga, ada pasangan orang Gipsi yang bernama Christian dan Maria.

Di sini, aku bakal mencoba untuk menonjolkan keistimewaan dan keunikan masing-masing pasangan. Pertama, pasangan Veeral dan Ragini. Hal yang bisa diambil hal positifnya dari pasangan ini adalah saat mereka punya masalah atau perdebatan, meskipun di awal mereka masing-masing berkeinginan untuk mempertahankan argumennya, di mana mereka hampir setiap saat selalu berdebat sampai mendatangi semacam pakar (apa ya disebutnya? lupa hehe) untuk membantu mereka menyelesaikan masalah. Tapi pada akhirnya ada satu pihak yang mau mengalah demi pasangannya. Misalnya, di awalnya Veeral yang banyak ngalah sama keinginannya Ragini untuk menunda untuk memiliki anak dan lebih memilih untuk mengembangkan karirnya. Tapi Veeral nggak nyerah. Veeral terus berusaha membahagiakan istrinya, dari mulai mengajak bulan madu sampai membeli rumah pribadi, yang pada akhirnya membuat Ragini merasa segalanya udah siap untuk mulai memikirkan untuk mempunyai anak. Selanjutnya, mereka sesegera mungkin mendatangi dokter untuk membicarakan rencana mereka untuk membuat program untuk memiliki anak (:

Kedua, pasangan Josh dan Meghan. Pada saat mereka dijodohkan dan akhirnya menikah, mereka sama-sama belum memiliki pekerjaan. Josh masih menempuh pendidikannya sebagai mahasiswa kedokteran semester akhir yang sedang menunggu penempatan magangnya. Sedangkan Meghan sudah menyelesaikan pendidikan masternya. Meghan bercita-cita untuk menjadi seorang ibu rumah tangga karena berkaca dari pengalaman keluarganya di mana ibunya sibuk bekerja dan kurang bisa meluangkan waktu untuk dirinya sehingga hal itu mendorong keinginan Meghan untuk menjadi ibu rumah tangga dan ingin memiliki banyak waktu bersama keluarga. Pada awalnya Josh menyetujui keinginan istrinya tersebut. Tapi, itu berubah saat Josh dan Meghan pindah ke kota di mana Josh ditempatkan untuk magang dan harus berpisah jauh dengan kedua belah pihak orang tua mereka. Josh terus meminta Meghan untuk mencari pekerjaan dan menunda memiliki anak, padahal Meghan sangat ingin cepat memiliki anak. Saat Meghan sudah mendapatkan pekerjaan, ternyata tetap ada masalah untuk pernikahan mereka. Tapi, pada akhirnya mereka berdua bisa saling memahami dan menghargai satu sama lain.

Ketiga, pasangan Christian dan Maria. Pasangan ini menikah di umur yang sangat muda. Berbeda dengan dua pasangan sebelumnya, pasangan ini masih tinggal bersama orang tua  (Maria tinggal bersama Christian dan keluarga intinya) dikarenakan usia mereka yang masih sangat muda. Di sini, memang ada sisi positif dan negatifnya. Positifnya, mereka banyak dibantu saat mereka mempunyai masalah. Maria menjadi sangat dekat terutama dengan keluarga inti Christian karena mereka tinggal di atap yang sama dan terlihat sekali kalau ibunya Christian yaitu mertuanya, sangat sayang sama Maria. Maria selalu ditemani untuk mengurus rumah, jalan-jalan, dan bahkan diajarkan untuk berjualan bunga untuk menambah uang sakunya. Konflik di pasangan muda ini sangat terlihat di sikap keduanya yang terkadang masih belum bisa berpikir dan bertindak selayaknya orang dewasa di mana konflik terhebat mereka adalah saat Maria sampai meninggalkan rumah untuk beberapa hari karena mereka sempat memiliki masalah yang cukup serius. Tapi, pada akhirnya keduanya berhasil mengalahkan ego masing-masing. Christian yang selalu meminta maaf dan melakukan hal-hal yang manis setelah ia berbuat salah terhadap Maria. Christian pada akhirnya tau how to treat Maria like a princess :> Dan siapa yang sangka, pas di episode the couples meet, Christian dan Maria memenangkan game yang menunjukan bahwa mereka adalah pasangan yang paling mengenal satu sama lain, mantap kan hahaha


***

Nonton reality show ini semacam kayak ngasih aku wawasan tentang kehidupan pernikahan, yang bisa aja terjadi baik pada pasangan yang dijodohkan maupun nggak. Jadi semacam diingatkan do(s) and don't(s) in marriage *kejauhan yas, pasangannya dulu persiapin hahaha. Pada intinya, setiap pasangan yang menikah pasti akan punya permasalahan di dalam pernikahannya. Setiap pasangan pasti punya cara menyelesaikan masalahnya masing-masing. Hal-hal yang perlu diperhatikan pertama, jadilah versi terbaik dari diri sendiri. Jangan menuntut pasanganmu untuk menjadi baik kalau dirimu sendiri belum bisa jadi versi terbaik dari dirimu pribadi. Kedua, bangunlah kesiapan untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan pasanganmu. Ketiga, coba banyak-banyak berempati sama pasanganmu. Keempat, tentu, sayangilah pasanganmu dengan cara menghargai pemberian berharga dari Yang Maha Kuasa dan bimbinglah pasanganmu selama di dunia hingga kalian bisa terus berbahagia bersama sampai di jannah nanti :""")

DUHHHH aku ngomong apasihhh =,=a

Dah ah ya, nanti makin ngelantur hahahahaha maaf ya aku nggak punya penutup yang bagus untuk postingan ini wkwk akhir kata, makasih banget buat siapa pun yang udah baca postingan (nggak jelas kesekian miliar) di blogku tercinta ini, see you on another yasminologue <3




Sunday, July 30, 2017

My College Drama Stories

Assalamu'alaikum yasminisme :) Apa kabaaar? Hahaha apasihhh. Di postingan kali ini aku mau sedikit berbagi cerita tentang drama kehidupan perkuliahan aku. Monggo, kalau lagi gabut bisa dibaca dan diresapi biar ngerasain gimana kehidupan perkuliahan anak ansos kayak aku yang ternyataaaaa penuh drama. So, keep on watching! :)) Eh salah wk

Sesungguhnya drama kehidupan perkuliahan aku ini banyak banget aibnya, tapi niatku buat pembaca postingan ini (kayak ada aja yang ngebaca yasss hahahaha) untuk diambil hal-hal positifnya (kalau ada wkwk) dan jangan ditiru ya keburukannya daaan semoga nggak akan pernah kalian alami :" Semoga bisa sedikit menghibur hari-hari kaliaaaan ;)

Awalnya, pas lagi ngerjain skripsi, aku nggak pernah ada keinginan untuk nerusin pendidikan S2. Mungkin, beberapa orang terdekat aku paham banget alasannya kenapa. Aku ngerasa berat banget di awal pengajuan proposal judul skripsiku. Ya sekilas orang mungkin liat aku lancar-lancar aja ngejalanin proses perkuliahan. Tapi sesungguhnya banyak banget dramanya ha ha ha

Karena aku ngerasa nggak begitu betah dengan lingkungan perkuliahan, aku bertekad untuk cepet lulus kuliah. Sebenernya nggak ada yang salah, cuma efek aku ansos aja ya jadi pengen cepet lulus. Aku nanya ke senior, kira-kira waktu tercepet untuk bisa lulus kuliah di kampusku berapa lama. Dan katanya waktu tercepet lulus kuliah di sini adalah tiga setengah tahun. Semenjak denger itu, aku langsung bertekad bulat buat lulus tiga setengah tahun.

Aku cukup ansos di kampus. Nggak banyak organisasi yang aku ikutin. Aku cuma aktif di satu komunitas kampus dan satu organisasi luar kampus. Keduanya, nggak punya banyak agenda rutin, jadi aku bener-bener bisa fokus ngejar akademik. Alhamdulillah, Allah beri aku kelancaran sampe semester enam. Nggak ada mata kuliah yang mesti aku ulang. Meski ada beberapa nilai C di mata kuliah Hukum Perdata dan beberapa cabangnya (karena sumpah deh ini mata kuliah yang paling nggak aku suka hufff).

Jadi, kalau mau lulus tiga setengah tahun itu dari semester enam udah mesti ngajuin izin untuk bisa ngambil mata kuliah pilihan. Alhamdulillah, pengajuan izin aku untuk ngambil mata kuliah pilihan dari semester enam dikabulkan sama wakil dekan atau siapa ya waktu itu? Lupa hehe. Intinya, di semester enam aku udah mulai ngambil dua mata kuliah pilihan.

Nah, kalau mau lulus tiga setengah tahun, pas diakhir perkuliahan semester enam udah mesti nyusun proposal judul skripsi. Ini bagian terpenuh drama sepanjang sejarah perkuliahan aku :)) Hmmm nggak jugasih, ada juga part pas aku tiap kali mau UTS atau UAS mesti demam. Bener-bener demam. Tapi ini karena saking panik berlebihannya sih -_-

Sedikit flashback, ini ada satu part dalam drama perkuliahan aku di mana aku bener-bener kayak orang abis mabuk terus langsung ikut ujian akhir semester. Bayangin yaaaaaaaaaa :))
Ini kejadian pas semester tiga. Aku kembali demam di hari awal-awal ujian akhir semester. Demam yang kali ini adalah demam yang paling parah dibanding demam-demam lain yang aku alamin selama kehidupan perkuliahanku. Aku literally demam yang emang beneran sakit dan sampe ke dokter. Pas aku ke dokter, di suruh istirahat beberapa hari di rumah bahkan sampe dikasih surat izinnya.

Pas pulang dari dokter, aku langsung makan dan minum obat terus tidur super pulas sampe keesokan paginya. Paginya, aku nggak ada pikiran untuk nyentuh diktat dan buku hukum agraria yang super duper tebel setebel bantal. Aku udah berniat untuk izin nggak ikut UAS agraria dan izin untuk ngikutin ujian susulan. Tapi, sebelumnya aku chat sama temen seangkatanku nanya kira-kira gimana prosedur untuk ikut ujian susulan. Dan tau nggak temenku ngomong apa? "NGGAK ADA UJIAN SUSULAN DI KAMPUS INI" BOOM! %$#@

Temenku bilang, dia pernah denger cerita temennya yang sakit pas ujian dan minta ujian susulan tapi nggak dikasih izin sampe akhirnya temennya ini nggak lulus di mata kuliah itu karena sakit nggak ikut ujian. NTAPPP :(

Alhasil pas aku baca chat itu, aku langsung melek semelek-meleknya dan dengan sempoyongan nyari diktat dan buku agraria. Ternyata, di rumah nggak ada satu pun orang dong. PANIIIK! :(((((

Eh ternyata, nggak lama kemudian bapak dateng lagi ke rumah. Aku langsung bilang kalau aku mau nggak mau harus dateng ikut ujian hari itu. Aku minta bapak untuk bacain materi agraria yang ada di diktat karena lebih ringkas. Tapi ya namanya juga lagi demam, mana masuk ke otak :( Terus pas liat jam udah sekitar jam sepuluh pagi. Ujian agraria sekitar jam dua belas siang (seingetku ya). Aku langsung mikir berarti jam sebelas udah mesti siap otw kampus. Bapakku bilang mau ngejemput adik aku yang paling kecil dulu di sekolahnya. Jadilah aku di rumah sendiri.

Aku langsung siap-siap pake baju. Aku kalau lagi demam mesti pake baju yang lebih tebel dari biasanya. Jadi, pas aku sakit tuh aku lagi piyama tidur. Udah saking pusingnya atau gimana ya, aku langsung aja gitu ngedouble piyama tidurku itu sama kemeja dan rok jeans.  Mana celana piama aku balapan sama rok jeans aku. DUH UDAH KAYAK APA AJA KAAAAAN -_-

Dan bagian tergokilnya adalah pas aku mau pake kerudung segi empat. Entah kenapa ya itu kerudung pas dilipet nggak pernah bisa aku buat jadi segitiga. Selalu jadi persegi panjang HA HA HA. Akhirnya itu kerudung udah aku pake aja tanpa dilipet. Literally, segi empat yang langsung dipeniti ke kepala tanpa pake ciput. Udah deh itu rambut depanku ke mana-mana, astagfirullah :((( 

Dengan sempoyongan, aku ke luar rumah dan pake sendal jepit terus nyari supir aku di pos satpam komplek. Pas supir aku keluar dari pos satpam jantungan kali ya liat penampakan aku yang udah kayak orang gilsss :( Aku langsung bilang minta anter ke kampus. Waktu itu udah setengah sebelas kalau nggak salah. 

Terus aku langsung masuk mobil. Supir aku bilang, "neng, itu kerudungnya nggak dibenerin dulu?" Terus aku bilang, "pak deni bisa pakein saya kerudung nggak? Soalnya daritadi saya coba gini terus hasilnya" DUHHH NGAKAK NGGAK KUAT :))))))
Terus kata supirku, "aduh, maaf neng saya nggak ngerti cara pakein kerudung". Ha Ha. Aku yakin sih sebenernya supirku cuma nggak enak aja masa pakein kerudung sama cewek yang bukan mahramnya ._.

Masih ada lagi nih hal terkonyol. Aku lupa belum bawa tas kuliahku. Aku minta supirku buat ngambil di dalem rumah. Tadinya supir aku bilang nggak enak masuk ke rumah, tapi aku bilang udah nggak kuat lagi kalau mesti jalan ke rumah ngambil tas. Akhirnya, supirku mau ngambil tasku di dalam rumah dan setelah itu langsung otw

Singkat cerita, bapakku ikut nganter aku juga. Jadi di dalem mobil ada aku, bapak, dan supirku. Aku minta lagi ke bapak untuk masangin kerudung. Bapakku juga bilang nggak bisa. DUHHHH KENAPA YA COWOK NGGAK NGERTI TENTANG PERKERUDUNGAN :(

Jalanan super macet siang itu tapi aku berhasil nyampe di kampus sebelum jam dua belas. Aku didrop depan rektorat kampus. Ketemu lah aku sama temenku. Terus dia bilang, "ya ampun yasmin, kamu abis mabok? kenapa kayak gini?" WADUHHH PARAHSIH W DIBILANG ABIS MABOK :( Terus aku jelasin deh aku lagi demam parah tapi mesti ikut ujian. Dah deh aku langsung jalan ke ruangan ujian. Di sana langsung deh semua mata tertuju padaku :))) Aku masih ditemenin bapak. Terus bapak bilang, "nun, emang boleh ujian pake sendal jepit?" DANGGGG%$#@& Aku lupa nggak pake sepatu dong hiksss

Terus bapakku minjemin deh sepatu kantornya ke aku buat dipake ujian. DUHHHHHHH
Bayangin ya w pake sepatu bapak-bapak yang super gede ditambah penampilan w yang bener kata temen w tadi udah kayak orang mabok????? PARAHSIH SANGAT AMAT MEMALUKAN SEPANJANG SEJARAH :((((((


Singkat cerita (yang sebenernya aku paling nggak bisa bikin singkat), aku masuk deh ke ruang ujian dan ikut ujian. Di tengah ujian, kepalaku udah super pusing parah sih, bener-bener yakin deh nilaiku nol besar kalau aku kumpulin kertas jawaban ujianku :(((((((((((((((
Aku langsung angkat tangan dan disamperin sama dosen agrariaku. Aku bilang, "pak saya lagi sakit demam dan ngerasa nggak kuat untuk nerusin ujian, boleh saya minta ujian susulan?" Terus dosenku bilang, "bentar ya saya tanya dulu sama wakil dekan"

Beberapa menit kemudian dosenku kembali ke ruangan terus bilang sama aku, "maaf ya, nggak ada ujian susulan karena kamu udah liat soal ujian ini" kalau nggak salah kayak gitu jawaban dari dosenku. Lupa kata-kata persisnya tapi intinya, aku nggak bisa susulan :(
Terus dosenku bilang lagi, "kamu ikut ujian di ruangan sebelah yang kosong aja, kamu boleh sambil minum dan makan di sana".

Karena itu satu-satunya opsi yang dikasih. Yaudah aku ikutin aja :( Aku pindah ke ruangan sebelah dan mulai ngerjain soal ujian lagi dan diawas sama satu pegawai tata usaha dan pekarya. TAPI yaaaaa namanya ini bener-bener sakit, mana bisa aku mikir bener, aku udah menyerah deh rasanya nggak mampu  ngerjain soal-soal ujian itu. Aku udah deh tiduran aja di atas meja dan nggak sadar udah kayak setengah mau pingsan gitu. Di situ, pegawai tata usaha dan pekarya liat, ya nggak tega dong, langsunglah aku dibopong di bawa ke ruangan wakil dekan. Terus dengan setengah sadar aku duduk di salah satu kursi di ruangan itu. Nggak lama kemudian, pekarya dateng ngebawain air teh panas buat aku minum. 

Terus dengan panik setengah sadar setengah pasrah, aku bilang, "pak, saya bisa ikut ujian susulan nggak ya?" Terus pekarya bilang, "bisa kok neng, ada mahasiswa yang sakit terus bisa ikut ujian susulan". Udah deh langsung tenang setengah sadar :")))

Terus pekarya dateng ngebawain tasku. Aku lupa gimana ceritanya sampe akhirnya bapakku jemput di ruangan itu dan aku dibawa pulang :")))

Udah deh tobat aku sama demam ujian :"(

Pada akhirnya, aku bisa ikut ujian susulan. Bukan cuma susulan mata kuliah agraria aja, tapi mata kuliah hukum acara pidana dengan terdapat salah satu soal bahasa belandanya yang aku nggak ngerti artinya samsek dan mata kuliah hukum pemerintahan daerah. Cerita aku pas ujian susulan juga mesti aku ceritain nggak ya? Ha ha nggak usah kali ya kepanjangan. Meski ada yang lucu juga :))

Alhamdulillah, hasil ujian susulanku; hukum agraria B, hukum acara pidana A, dan hukum pemerintahan daerah B :"""""")

Anyway, aku sedikit bingung sih itu bener nggak ya cerita temenku yang temennya nggak bisa ujian susulan karena sakit? Buktinya kok aku bisa ya? Kasian aja gitu, ngulang mata kuliah, itu sesuatu banget loh, sist :"


***


Well, balik lagi ke inti ceritanya. Pusing ya baca ceritaku yang maju-mundur-maju-mundur nggak jelas :(

Sebenernya, sebelum semester enam, entah dari semester berapa tuh aku udah mulai kepikiran buat cari inspirasi judul skripsi. Mulai riset kecil-kecilan ke perpus kampus lain sampe nanya-nanya saudara dari keluarga bapakku yang kebetulan cukup banyak lulusan fakultas hukum. Akhirnya, punya beberapa pilihan untuk dijadiin judul skripsi.

Sampe suatu waktu, aku lagi ikut tabligh akbar di salah satu masjid. Di sana, ada relawan dari suatu lembaga yang nyeritain pengalamannya selama jadi relawan untuk etnis Rohingya yang lagi konflik di Myanmar. Entah kenapa, jadi kepikiran ngejadiin permasalahan ini untuk jadi skripsi aku. Karena konflik ini ada kaitannya sama hak asasi manusia dan bisa dikaji dari segi hukum internasional. Selain itu, aku juga udah berniat dari awal kuliah untuk nulis skripsi tentang hak asasi kaum muslimin :")

Jadi, pas di penghujung semester enam, aku mulai banyak diskusi sama bapakku tentang rencana judul skripsiku karena bapakku juga lulusan fakultas hukum. Aku minta pendapat bapak gimana kalau aku pilih permasalahan konflik Etnis Rohingya di Myanmar untuk skripsiku. Terus menurut bapak, konflik Rohingya nggak ada permasalahan hukumnya. Dan salahnya, karena aku nggak pede an jadi ngikut aja sama pendapat bapak.

Singkat cerita, bapak ngusulin buat nulis tentang permasalahan hukum terkait keberadaan penganut aliran kepercayaan yang semestinya banyak difasilitasi. Jujur, aku kurang berminat sama permasalahan ini. Tapi, aku coba deh konsultasi sama salah satu dosen mata kuliah hak asasi manusia. Dosenku bilang, permasalahan itu udah pernah ada yang ambil tapi kalau bisa cari sisi yang belum diterbahas di skripsi lain ya bisa aja.

Aku berulang kali ngedatengin dosen HAM aku ini buat diskusi dan konsultasi tentang proposal judul skripsiku. Bahkan berapa kali, ganti topik. Singkat cerita, aku lebih mantep buat nulis tentang hak pendidikan anak-anak difabel. Dosenku udah gemes kali ya sama aku ya bolak balik ngedatengin beliau. Dosenku bilang, "udah bikin aja proposalnya terus kumpulin ke tata usaha".

Setelah berhasil bikin dan ngumpulin proposal judul skripsi, aku mulai ngerasa tenang. Tapi ketahuilah, sesungguhnya itu awal dari drama ter epic sepanjang sejarah drama perkuliahanku :(

Beberapa minggu sebelum sidang proposal, aku sempet ngobrol sama temen-temenku yang juga udah ngumpulin proposal judul. Tiba-tiba salah seorang anak cowok nyeletuk yang kurang lebih bilang, "yas, proposal judulmu katanya mirip sama senior ya?". Sambil panik, aku langsung balik nanya, "hah? Senior angkatan berapa? Dia bareng nggak sidang proposalnya sama gelombang kita?" Terus temenku langsung jawab, "Iya, liat aja deh ke mading pengumuman jadwal sidang proposal di situ ada proposal judulnya senior itu"

PANIK DEH. Pas aku teliti baca satu-satu judul proposal dan waktu sidang proposal di gelombang waktu itu, daaaan bener aja ada senior yang juga bahas tentang hak pendidikan anak difabel. Sekilas aku liat sih permasalahan spesifiknya beda sama yang mau aku bahas tapi topiknya emang sama kayak proposalku :"""

Pas liat mading itu, aku ditemenin sama salah satu temen deketku yang juga mau sidang proposal. Dia dengan suara pelan bilang, "yas, sebenernya aku udah dikasih tau sama sama salah satu dosen tentang ini, tapi aku nggak mau bikin kamu panik jadi tadinya aku nggak mau cerita sama kamu" HIKSSS udah deh aku nangis deres dalam hati :"(((

Paniknya aku tuh emang nggak boleh dicontoh deh. Aku sampe ngebayangin gimana kalau aku ngaret nulis proposalnya? Gimana kalau aku malah baru mulai sidang proposal semester depan? Gimana kalau aku nggak bisa lulus tiga setengah tahun? Daaan kepanikan nggak jelas lainnya -_-

Singkat cerita, beberapa hari berikutnya aku dipanggil sama dosen yang diceritain temenku itu. Di ruangannya, dosenku ngejelasin kalau beliau ini yang diajak diskusi dan konsultasi sama seniorku yang nulis topik proposal judul skripsi yang serupa sama aku. Salahnya, mungkin aku kurang sopan ya, aku malah ngasih argumen kalau detail permasalahan di proposalku ada perbedaannya sama bahasan seniorku. Tapi dosenku bilang kalau seniorku ini udah ngadain penelitian dari jauh-jauh hari. Jadi topik permasalahan ini emang perlu banget data lapangan karena ini tergolong penilitian yuridis sosiologis. Aku pikir penilitian lapangan itu baru bisa dilakuin pas proposalku udah disetujui karena aku pikir penelitian ke instansi kan mesti minta surat pengantar dari kampus. Di akhir percakapan aku sama dosenku ini, beliau bilang beliau cuma mau bantu biar aku jangan sampe ditolak proposalnya, karena itu aku harus lebih mateng lagi ngolah data dan materi untuk proposal judulku. 

Besoknya, aku ngobrol lagi sama temen deketku. Dia ini cukup deket sama dosen yang manggil aku tempo hari. Dia bilang, "yas, maaf ya nggak maksud bikin kamu panik, tapi kayaknya ibu itu agak tersinggung deh sama ucapan kamu yang kayak ngedebat beliau pas ngejelasin tentang proposal judulmu". Duuuh, udah pengen nangis nggak berhenti aja rasanya :"( Kenapa ada ajasih masalahnya :"(

Pas pulang kuliah, udah pusing nggak tau mesti gimana menjelang waktu sidang proposalku. Aku akhirnya ngedatengin dinas pendidikan buat cari data tentang sekolah mana aja ada murid difabelnya dan nanya-nanya tentang regulasi pendidikan untuk anak difabel. Setelah dapet data, aku langsung ngedatengin salah satu sekolah dasar. Di sana aku minta izin untuk ketemu sama kepala sekolahnya. Di sana aku diskusi dengan gimana sekolah ini memberi fasilitas pendidikan untuk anak difabel dan berbagai pertanyaan detail lainnya. Meski datanya sangat minim, tapi aku udah pasrah aja untuk pake data ini sebagai data proposalku.

Sepulangnya dari penilitian ini, aku nyampe di rumah udah stress banget. Nangis sejadi-jadinya. Entah gimana ceritanya, aku kepleset dan kaki aku nggak sengaja nendang kaca pintu rumah sampe pecah. Pecahannya kemana-mana termasuk ngenain kaki kananku. Darah udah ngalir kemana-mana. Untung bapak nyampe rumah dan ngeliat aku yang udah berdarah nggak karuan. Langsung deh bapakku ngegotong aku ke mobil dan menuju rumah sakit terdekat. 

Di rumah sakit, salah satu perawatnya bilang kaki aku mesti DIOPERASI. Duh, udah nggak kebayang itu dioperasi kayak apa :"( Ternyata, maksud dioperasi tuh dijahit bagian kaki yang kena pecahan kacanya biar nutup rapat lagi kayak semula :" Udah deh mau nggak mau kakiku dijahit saat itu juga. Dibius sih jadi awalnya nggak kerasa sakit. Tapi pas udah selesai, mantap banget sakitnya :"""""""""(

Terus aku sempet ngebayangin, aku nerusin kuliah apa nggak ya? Seingin menyerah itu aku :"""""""(



***

Intinya, setelah kakiku dijahit, aku bener-bener harus istirahat di rumah. Udah kirim surat juga ke kampus untuk izin sakit. Selama di rumah, aku merenung aja sendiri. Terus aku mikir, masa iya aku bakal jadi tamatan SMA aja? :( Terus mikir lagi, duh kasian banget orang tuaku yang udah susah payah kerja untuk ngebiayain anaknya sekolah eh anaknya gampang banget nyerah untuk nggak nerusin kuliah? Aku terus mikir, mikir, dan mikir. Sampe akhirnya bertekad, AKU HARUS NGELANJUTIN KULIAH, AKU HARUS LULUS KULIAH, AKU HARUS JADI SARJANA

Sepulangnya ummi ke rumah, aku langsung bilang aku mau ngelanjutin kuliah. Ummi keliatan seneng banget sih. Kayak ngerasa akhirnya anaknya bisa sadar juga :"

Hari itu juga, aku langsung ngehubungin temen-temenku nanya tentang progress tugas kelompok. Aku langsung minta bagian buat aku kerjain. Singkat cerita, aku beres ngerjain bagian tugasku dengan keadaan kaki masih diperban. Ntap :""")

Aku mulai kuliah lagi di minggu berikutnya. Masih dengan keadaan kaki diperban. Eh atau udah tinggal diplester aja ya? Tapi intinya, aku inget banget, kakiku masih super sakit buat dipake jalan. Mesti ekstra pelan-pelan.

Oiya, akhirnya aku bulat tekad mengganti judul proposal skripsiku :)


***

Aku mau curhat sedikit. Jadi, cerita sampe akhirnya aku bertekad untuk mengganti judul skripsiku itu adalah nggak lepas karena dukungan beberapa orang super tersayang aku :") Tapi, yang paling paling paling mau aku ucapin milyaran terima kasih adalah temenku namanya Badzlina Hawalah atau yang biasa dipanggil Lina. Sedikit fun fact ya, aku kenal Lina dari internet! Intinya karena kita dulu sama-sama ngefans sama Owl City dan akhirnya kita banyak curhat tentang hal-hal personal juga. Bahkan ya sampe detik ini, aku ngerasa Lina adalah orang yang paling bisa ngertiin aku. Tiap kali aku curhat panjang lebar, dia selalu jadi pendengar yang baik. Nggak sampe situ aja, Lina juga selalu ngasih saran atau pendapat dengan kata-kata yang super lembut buat aku. Nggak pernah ngejudge. Aku ngerasa selalu disupport sama Lina. Pokoknya me luv Lina so muchLina yang paling ngedukung aku buat ganti judul.

Akhirnya, pupus kesempatanku untuk pengajuan proposal gelombang pertama :') Tapi alhamdulillah masih ada satu gelombang lagi di semester enam. Singkat cerita, hati aku udah mantap banget sama judul skripsiku yang baru. Oiya fyi, akhirnya aku pake topik konflik kemanusiaan Etnis Rohingya di Myanmar. Alhamdulillah, proses pengajuan proposal judulku kali ini berjalan super lancar. Daaan alhamdulillahnya lagi, aku dapet dosen pembimbing yang super baik hati dan super cocok sama aku namanya Ibu Rina :)

Tanpa aku sadari ya, ternyata aku kalau punya target emang berusaha maksimal banget buat ngejar target itu. Aku ngerjain skripsiku dengan rutin. Cari bahan sana sini. Dan ini murni aku kerjain sendiri. Tiap minggu selalu udah duduk manis kursi depan ruangan Ibu Rina. Alhamdulillah, Ibu Rina gampang ditemui dan selalu cepet kasih respon untuk revisi dan saran-saran lainnya.

Akhirnya, sehari sebelum deadline pengumpulan draft skripsi, aku bisa ngerampungin skripsiku. Agak nggak nyangka sih, aku bisa selesai dalam kurun waktu kurang lebih empat bulan! Hiks nangis terharuuu :""" Tentu ini adalah juga karena jasa Ibu Rina yang super sabar ngebimbing aku :">

Oh iyaaa, fun facts, aku ini secocok itu loh sama Ibu Rina. Kita punya banyaaak kesamaan. Pertama, kita dilahirkan di tanggal yang sama persis! 5 Oktober. Kedua, Ibu Rina adalah sarjana hukum lulusan Universitas Indonesia dan UI itu universitas impian aku banget semasa SMA :") Ketiga, aku jadi punya motivasi untuk nerusin S2 ke luar negeri dengan beasiswa dan tau nggak? Ibu Rina itu kuliah S1 dengan beasiswa dan S2 dengan beasiswa di salah satu universitas di Amerika! Keempat, aku sukaaaaa banget sama mobil volkswagen daaaan udah bisa ditebak kan, mobilnya Ibu Rina juga volkswagen. Banyak banget impianku ada di Ibu Rina :">


***

Kali ini udah memasuki the last chapter of my college drama stories :""""""""""""""""""")

Akhirnya, hari sidang skripsi ku tiba. Seperti biasa, aku super deg-degan. Tapi seeeeeeebisa mungkin aku handle. Aku nyoba tenangin pikiran. Wudhu. Sholat dhuha. Baca Al-Qur'an di mushola fakultasku. Daaan menuju ruang sidang yang bertempat di ruang seminar lantai empat.

Di sana aku mulai nyalain laptop dan ngehubungin laptop sama connector ke in focus. Dan ada sedikit drama :( Jadi, aku bikin dua slide presentasi skripsi. Isinya sama persis, cuma yang satu pake aplikasi power point dan yang satu lagi pake Prezi. Sejujurnya aku rasa yang tampilannya paling bagus adalah yang pake Prezi karena nggak mainstream. Tapiiii entah kenapa nggak muncul di layar in fokus :( Tapi, kalau pake powerpoint muncul di layar. Ada yang ngerti ini kenapa? Well, akhirnya dengan berat hati pake powerpoint

Terus sekitar tiga puluh menit atau lima belas menit sebelum sidang, aku harus ngedatengin satu-satu dosen pembimbing dan dua dosen penguji untuk bilang kalau aku hadir di untuk sidang skripsi hari itu. Oiya, bagian terseru dari sidangku adalah salah satu penguji sidangku adalah DEKAN FAKULTAS HUKUM. Dekan fakultasku ini terkenal banget super jenius dan objektif banget ngasih nilainya alias jangan berharap ada nilai yang tiba-tiba jatuh dari langit. Tapi, ini bakal jadi tantangan dan pembuktian banget sih, bisa nggak aku dapet penilaian baik dari dekan fakultasku ini.

Ada sedikit drama kecil lagi. Jadi sebelum ngedatengin dosen-dosen, aku diliatin kertas yang nantinya jadi daftar penilai tiga dosen untuk sidang skripsiku. Dan entah kenapa, di situ nggak tertera nama dekan fakultasku, malah adanya nama salah satu profesor fakultasku. Entah kenapa ada rasa seneng mendadak. Tapi, aku coba memastikan ke bagian tata usaha dan kata mbak di tata usaha, "Oh, maaf ya itu salah ketik. Harusnya pengujinya satunya dekan fakultas". Oke, pasrahkan saja ya yasmin :"""")

Sidang skripsiku pun di mulai secara tertutup alias tanpa penonton sidang. Jadi, untuk sidang skripsi S1 di sini bisa pilih mau sidang tertutup atau terbuka. Aku pilih terbuka biar orang tuaku bisa hadir dan menyaksikan aku sidang. Tapi, orang tuaku super telat dateng. Terus temen-temen deketku juga kebanyakan lagi ada jadwal UAS. Oiya, ini pekan sidangnya berbarengan sama pekan UAS. Untungnya jadwal sidangku nggak bentrok sama jadwal UAS jadi nggak perlu minta perubahan jadwal. 

Singkat cerita, sidang skripsiku ini cukup lama. Hampir satu jam seingetku. Aku dapet lumayan banyak pertanyaan dari dua penguji aku. Dosen penguji mata kuliah HAM banyak nanya tentang argumen-argumen aku. Alhamdulillah aku bisa jawab dengan lancar. Dekan fakultasku juga termasuk banyak ngasih pertanyaan. Salah satu pertanyaan yang aku ingeeet banget adalah kurang lebih kayak gini, "Kenapa kamu ambil subjeknya etnis rohingya? Padahal di Myanmar ada etnis lain yang juga mengalami permasalahan HAM, apakah karena etnis rohingya mayoritas beragama islam? Karena kalau itu alasan kamu, maka pembahasan skripsi kamu akan bias". Alhamdulillah, aku bener-bener ngerasain dibantu untuk berpikir sama Allah, dan aku pun ngejawab, "Bukan Pak, alasan saya menjadikan etnis rohingya sebagai subjek penelitian skripsi saya adalah karena meski tidak hanya etnis rohingya saja yang mengalami permasalahan HAM di Myanmar, tapi etnis rohingya lah satu-satunya etnis yang mengalami permasalahan HAM dan kewarganegaraan mereka dicabut sehingga mereka tidak memiliki kewarganegaraan dari negara mana pun atau disebut stateless person. Status stateless person ini tentu akan sangat merugikan mereka karena tidak ada negara yang memiliki kewajiban untuk melindungi hak kewarganegaraan maupun hak asasi manusia mereka. Mereka akan menjadi sangat rentan mengalami pelanggaran hak asasi manusia". Ya, kurang lebih itu jawaban aku. Dan dekan fakultasku terlihat puas dengan jawaban aku. Alhamdulillah.

Alhamdulillah alhamdulillah alhamdulillah, sidang skripsiku berhasil juga terlewati dan aku lulus sidang skripsi dengan nilai A :""""""""""""") MasyaAllah, sebahagia ituuuuu aku


***

Ya, segitu deh cerita tentang drama perkuliahanku :") Mungkin terlihat biasa aja ya? Tapi aku bener-bener ngerasa sepuas itu udah ngelewatin semua prosesnya. Dari mulai awal kuliah nggak semangat karena aku nggak bisa kuliah di universitas idamanku. Ansos, banyak ngehabisin waktu sendirian di mushola fakultas atau lab hukum. Kadang bingung jam kosong mending pulang ke rumah atau nunggu di mana? Ngajak temen beda kampus buat ketemu di sela jam kosong biar nggak gabut. Main ke Salman ITB. Kasian deh w pokoknya :))) Gini-gini, aku tuh punya temen-temen akrab tapi mereka satu sama lain bukan temen akrab, ngerti nggak ya maksudku gimana? Haha. Selain itu aku sama temen-temenku ini nggak jarang beda jadwal kuliah karena nggak ada kelas tetap jadi tiap mata kuliah mesti beda temen sekelasnya. Ya gitu deh alasannya kenapa kadang aku suka sendirian. Tapiiii nggak disangka-sangka, banyak banget hikmahnya aku bisa kuliah di sini. Aku merasa bisa jadi sedisiplin itu untuk belajar. Selalu berusaha untuk rajin. Bener-bener baru pertama kalinya aku nemuin cara belajar yang paling cocok untuk aku pribadi; yaitu dengan bikin catetan rapih dan ngereview materi ujian sekitar seminggu sebelum ujian :') Belajar untuk berinteraksi sama berbagai orang dengan latar belakang suku dan agama yang berbeda-beda. Dan ini yang paling aku syukuri, secara spiritual, aku ngerasa mulai terbangun pas kuliah. Dari awal ikut komunitas muslim di kampus sampe akhirnya rutin ikut ta'lim di beberapa masjid. Ini bener-bener pengalaman pribadi ngerasain bener kalau rencana Allah itu selalu indah kalau kita mau bersabar dan ngambil kebaikan hikmahnya :""""""""""""")

So, sekian review dan swatches dari aku. Jangan lupa like, subscribe, dan comment. Share ya video tutorialku ke semua akun social media kalian. See you on my next video! LAHHHHH HAHAHAHA







Thursday, May 11, 2017

Khoirunnas Anfa'uhum Linnas




"Sebaik-baiknya manusia adalah yang paling bermanfaat 
bagi manusia lain"


Hadits itu adalah salah satu hadits favoritku. Salah satu motivasi pengen bisa ngejalanin hadits itu berawal dari arti namaku sendiri, mufida yang punya arti bermanfaat. Aku pengen banget bisa jadi orang yang bermanfaat. Aku pengen kesempatan untuk hidup di dunia ini yang Allah beri untuk aku, bisa punya arti yang ngga hanya untuk diri aku sendiri tapi untuk orang lain juga, seengganya untuk orang di sekitar aku.

Alhamdulillah, waktu SMP sampe SMA aku pernah berkesempatan untuk jadi anggota dari organisasi Palang Merah Remaja (PMR). Emang, waktu itu aku bukan anggota yang aktif ikut berbagai kegiatan organisasinya, tapi seengganya aku rasa saat itu mulai mengenal ide-ide tentang kemanusiaan dan kerelawanan. Mulai ada keinginan untuk membantu sesama. Mulai ada keinginan untuk berbuat kebaikan untuk sekitar meski tanpa bayaran.

Berlanjut saat kuliah. Aku jadi wakil ketua komunitas muslim di fakultas kampusku. Organisasi ini emang organisasi keagamaan, tapi kegiatan rutin dari organisasi ini banyak yang berkaitan sama kemanusiaan. Misalnya bikin acara bakti sosial dan qurban yang daging qurbannya dibagiin untuk orang yang membutuhkan.

Mungkin bisa dicoba dari hal sederhana, semampu kita. Misal menyisihkan uang jajan untuk yang masih sekolah atau gaji untuk yang udah bekerja. Uang yang terkumpul bisa disalurin ke lembaga kemanusiaan atau mungkin bisa nyalurin sendiri. Kalau mau coba sesuatu yang berbeda, mungkin bisa nyalurin sendiri, entah itu diberikan untuk keluarga terdekat atau orang lain di sekitar kita. Caranya juga bisa dikasih uangnya langsung atau uangnya dibelikan barang-barang.

Dari sekian banyak cara, aku paling terinspirasi sama cara berbagi yaitu dengan cara ngebagiin sembako secara langsung ke orang-orang yang membutuhkan. Paket sembako dari uang yang udah kita kumpulin langsung dibagiin misalnya ke tukang sampah, tukang parkir, dan tukang becak. Pernah ngerasain pas ngasih sedikit bantuan terus dibalas dengan ucapan doa tulus? Pernah ngerasain pas ngasih sedikit bantuan dibalas sama tangis haru? Pernah ngerasain pas ngasih sedikit bantuan dibalas sama senyuman tulus? Cobain deh :)



***



Jadi teringat sama salah satu firman Allah di Surat Al-Baqarah ayat 216




"...Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, 
padahal ia amat buruk bagimu; 
Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui"




Aku percaya, Allah Maha Baik. Allah pasti akan selalu memberikan yang terbaik untuk hamba-Nya. Selalu ada hikmah dari setiap peristiwa dalam kehidupan kalau kita mau sedikit aja peka. Selalu ada kebaikan di balik setiap takdir yang Allah berikan pada hamba-Nya. Entah itu sesuai dengan keinginan kita ataupun ngga. Kalau sesuai keinginan, bersyukurlah. Dan saat yang terjadi di luar keinginan kita, percayalah yang perlu kita lakukan adalah berprasangka baik, memohon pertolongan yang terbaik, dan bersabar. Pasti ada kebaikan, pasti.


Setelah lulus kuliah, alhamdulillah Allah punya rencana yang baik. Allah ngga langsung ngasih kesibukan permanen untuk aku dalam arti langsung melanjutkan kuliah S2 atau langsung bekerja. Kenapa aku bilang rencana baik, padahal secara kasarnya kan aku jadi pengangguran? :)) Iya, aku berusaha untuk berprasangka baik karena Allah Maha Baik. Dan alhamdulillah, aku merasa memang ada kebaikan dari sesuatu yang mungkin awalnya aku anggap buruk atau bahkan mayoritas orang beranggapan buruk.

Walaupun, sebenernya tetep sedih sih, terutama karena belum bisa ngebahagiain orang tua :(


(Sebenernya, alhamdulillah beberapa bulan setelah lulus kuliah aku dapet surat penerimaan atau letter of acceptance dan beasiswa pendidikan dari salah satu universitas di negara impian aku, tapi karena pertimbangan satu dan lain hal ngga aku ambil :'))

Setelah lulus, aku ngga mau berdiam diri. Aku coba cari kesibukan yang sekiranya bermanfaat.

Alhamdulillah, selain dikasih kesempatan untuk bisa mengasah kemampuan beberapa bahasa asing dan sempet ikut international camp, aku juga diberi kesempatan untuk ikut kegiatan yang di situlah aku mulai nemuin passionnya aku, kegiatan kerelawanan.

Berawal dari iseng baca timeline LINE dari salah satu official account NGO yang temen aku buat, ternyata NGO ini ngebuka kesempatan umum untuk jadi relawan fasilitator ke beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Awalnya sempet ngerasa ngga percaya diri karena aku orangnya tergolong pemalu. Emang aku bisa ngomong di depan umum dan didenger? Hahaha. Tapi di sisi lain juga aku berpikir, kalau ngga dicoba ya mana tau bisa atau ngganya, iya kan? Akhirnya di hari terakhir pendaftaran, aku daftar deh jadi relawan.

Jadi kegiatan dari acara ini pada intinya memfasilitasi anak-anak SMK untuk bisa dapet berbagai informasi beasiswa, pendidikan, dan dunia lapangan kerja yang diharapkan bisa berguna untuk mereka setelah lulus sekolah nanti. Tujuannya biar anak-anak SMK ngga menganggur setelah lulus sekolah. Agak lucu sih, saat itu kan aku masih jadi pengangguran dan ikut kegiatan yang punya tujuan agar orang lain ngga nganggur :))))) Silahkan tertawa hahahahaha

Singkat cerita, di hari pertama aku jadi relawan fasilitator di SMK, aku super deg-degan. Jujur, aku jadi ngerasa ngga nyampain informasi secara maksimal saat itu. Tapi karena motivasi aku untuk ikut kegiatan ini adalah biar aku bisa bermanfaat buat anak-anak SMK ini, aku berusaha ngilangin deg-degan aku. Berusaha fokus dan santai saat ngasih informasi dan materi. Alhamdulillah perlahan, bisa bicara tenang. Aku mulai ngubah cara berpikir aku. Aku anggap saat aku ngasih materi dan informasi adalah sama aja kayak kalau aku lagi cerita atau berbagi pengalaman. Jadi aku bisa bicara tenang dan pakai bahasa yang mudah dipahamin.

Alhamdulillah seneng banget pas ada anak-anak SMK yang bilang jadi pengen kuliah hukum kayak aku.  Ada yang nanya-nanya gimana rasanya kuliah di fakultas hukum, dan lain-lain. Seengganya, beberapa dari mereka jadi punya motivasi baru tentang gambaran setelah lulus sekolah nanti. Semoga sukses ya adik-adik SMK :)

Btw, ini ada beberapa foto dokumentasi pas aku jadi relawan fasilitator di SMK;





Alhamdulillah, setelah beberapa bulan jadi relawan fasilitator, aku ngedapetin banyaaak banget hal positif yang aku bisa rasain sendiri. Aku jadi ngga gugup lagi saat berbicara di depan umum. Aku jadi belajar gimana caranya untuk bisa nyampaiin informasi dan materi biar orang ngga bosen ngedengerinnya. Belajar bikin suasana yang nyenengin sebelum mulai ngasih materi misal dengan ngasih ice breaking, dsb.


***

Salah satu hobi aku adalah di bidang fotografi. Sebenernya belum pernah mendalami sampe tingkat profesional sih, masih amatiran. Tapi suka aja saat hasil jepretan aku bagus dan dapet momennya. Apalagi pas diedit bisa ngehasilin gambar yang warnanya sesuai imajinasi aku *apasih ini maksudnya yas? hahaha*

Alhamdulillah, kali ini aku dikasih kesempatan lagi sama Allah dan kali ini untuk jadi relawan dokumentasi di Festival Hari Buku Anak. Iya, awalnya lagi-lagi sempet ngga percaya diri, nanti hasil fotoku kepake ngga ya sama panitianya? Tapi mana bisa aku tau, kalau aku ngga coba. Jadi, aku ngeberaniin diri untuk nyoba deh :))

Alhamdulillah, jadi relawan dokumentasi di acara anak kayak gini rasanya kayak surga banget :D bisa ngedokumentasiin berbagai kegiatan anak yang seru, ekspresi anak-anak yang super menggemaskan dan tingkah polah anak-anak yang super lucu :>

Selain itu, seneng banget juga karena aku bisa dapet dua kenalan baru di tim dokumentasi. Ini bener-bener baru kenal langsung akrab :D mungkin karena sama-sama suka fotografi kali ya. Tapi anehnya kebanyakan obrolan kita bukan soal fotografi. Sama yang satu banyak banget ngobrolin kegiatan kerelawanan dari NGO lain, sama yang satu lagi banyak ngobrolin tentang Masjid dan traveling :))

Ini nih the perks of being documentation committee on children's festival;








***


Setelah mengenal dunia kerelawanan, aku baru tau kalo dunia kerelawanan itu luas banget. Banyak bidangnya. Berbagai macam tujuan positifnya. Yang kadang, aku aja ngga terpikir untuk ngelakuin kegiatan kerelawanan tersebut.

Alhamdulillah, aku diberi kesempatan lagi sama Allah untuk mengenal dunia kerelawanan selain di bidang pendidikan dan anak, yaitu di berbagai bidang :)) Iya, aku daftar jadi salah satu relawan dari salah satu NGO yang kegiatan kerelawanannya berbagai macam banget. Ada di bidang lingkungan, pertanian, perkebunan, kebudayaan, dan masih banyak lagi. 

Karena aku relawan baru di NGO ini, aku baru pernah ikut dua kali kegiatan dari NGO ini. Kegiatan pertama adalah basic training. Jadi di acara awal ini, relawan baru dikasih tau berbagai informasi tentang NGO ini, kegiatan-kegiatannya, kesempatan untuk jadi relawan di dalam dan luar negeri, dsb. Di acara ini juga diadain semacam intercultural learning simulation yang gunanya jadi gambaran saat kita berkesempatan jadi relawan di luar negeri yang punya budaya berbeda dengan kita. Di kegiatan yang kedua, aku ikut first gathering buat relawan baru. Di kegiatan ini, pertama kalinya aku berusaha ngilangin rasa jijik untuk pertama kalinya :)) Di acara gathering ini, ngga di sangka-sangka aku bener bener harus nyusurin alam. Ngelewatin jembatan kayu, pendek sih jembatannya, tapi karena tanahnya agak licin dan nempel di sepatu, jadilah mesti hati-hati buat nyebrangin jembatannya :"))) *ini agak lebay sih*. Harus duduk dengan alas terpal yang ada serangga-serangganya (kayaknya itu jangkrik dan belalang kecil deh ufff). Makan liwet dengan alas daun pisang yang nampaknya literally baru diambil (dan kayaknya ngga dibersihin, karena sedikit kotor?). Mungkin ini biasa aja ya buat relawan yang lain karena ngga ada satupun dari mereka yang ngeluh karena jijik, jadi masa aku harus ngerepotin yang lain karena aku jijik? :"))))


Jadi kegiatan kerelawanan yang satu ini local project nya yang paling aktif adalah di bidang lingkungan, pertanian dan perkebunan. Misalnya ngebersihin sungai, ngolah kotoran ternak jadi pupuk, ngerawat pertanian dan perkebunan penduduk lokal, dsb. Ada sih kegiatan di bidang pendidikannya, tapi belum terlalu aktif dilaksanain. 

Tapi, alhamdulillah, aku ngga kapok sejauh ini. Aku malah ngerasa dapet pengalaman baru dan banyak kenalan baru lagi. Seneng bisa dikasih kesempatan di bidang yang berbeda lagi. Seneng bisa ngedapetin banyak hal positif dari kegiatan baru ini :)

Ini ada beberapa dokumentasinya;







***

Alhamdulillah, setelah aktif ikut jadi relawan di beberapa organisasi dan kegiatan, nggak hanya bisa menambah pengalaman tapi juga ngebuat relasiku jadi semakin luas. Waktu jadi relawan dokumentasi dari kegiatan festival hari buku anak, aku dapat informasi lagi dari salah satu temen relawanku tentang kegiatan menjadi relawan untuk kegiatan nonton film bareng sahabat netra. Jadi di kegiatan ini, ada dua divisi untuk relawannya. Pertama, jadi visual reader yang bertugas membimbing sahabat netra memasuki dan keluar dari area menonton film yang kebetulan waktu itu bertempat di bioskop XXI Paskal 23 dan menceritakan isi film yang sedang ditonton bareng sahabat netra. Kedua, tim dokumentasi yang bertugas mendokumentasikan segala kegiatan selama relawan nonton film bareng sahabat netra. Begitu denger tentang kegiatan ini, aku langsung merasa terpanggil untuk mencoba berpartisipasi jadi relawan untuk kegiatan mulia tersebut (:

Berhubung aku masih ngebet banget belajar fotografi melalui kegiatan kerelawanan, jadi pas ngisi aplikasi pendaftaran buat kegiatan ini, lagi lagi aku daftar jadi tim dokumentasi. Sebenernya agak nyesel sih, kayaknya yang lebih banyak bermanfaat kalau jadi visual reader :') Pasti jadi nambah pengalaman dan kepekaan untuk berinteraksi langsung sama sahabat netra.

Well, kegiatan kerelawanan kali ini bener-bener sangat menyenangkan. Seneng rasanya ngeliat raut wajah para sahabat netra yang terhibur dengan acara ini. Dan seneng juga ngeliat para relawan begitu telaten menemani para sahabat netranya. Terbukti, sahabat netra yang punya keterbatasan dalam pengelihatan juga masih tetep bisa merasakan gimana rasanya menonton film dengan bantuan para relawan visual reader  (: Kegiatan relawan seperti ini bener-bener sangat wajib diapreasiasi sih! :D

Ok, aku bakal sharing dokumentasi selama kegiatan bareng sahabat netra ini...



***


Setelah mencoba untuk aktif di beberapa kegiatan kerelawanan, aku dapet banyaaak banget manfaat. Alhamdulillah, kegiatan kerelawanan ini banyak banget ngasih aku wawasan, mengubah cara berpikir aku, dan berhasil meningkatkan kepekaan sosial aku. Ternyata, banyak banget loh permasalahan sosial di sekitar kita. Ternyata, kita bisa loh memberikan bantuan buat permasalahan sosial orang-orang di sekitar kita dengan berbagai cara. Ternyata, hal yang sangat sederhana yang kita lakuin bisa jadi sesuatu yang sangat bermanfaat bagi orang lain.

Intinya, saat menjadi seorang relawan, lakukanlah kegiatan kerelawanan itu dengan hati yang tulus dan ikhlas. Meski pasti ngerasa capek, harus berkorban waktu, tenaga, dan materi tanpa bayaran uang, sungguh senyuman dari orang yang bisa kita bantu itu harganya jauh tak ternilai sama besaran uang berapapun. Sungguh doa tulus dari mereka yang kita bantu itu udah cukup untuk menghilangkan rasa capek kita. Sungguh beruntunglah orang-orang yang terpanggil untuk menjadi seorang relawan. Kalian menggunakan kelebihan yang Allah berikan pada diri kalian untuk membantu sesama mahluk-Nya. Dan itu sungguh mulia :)

***

Jadi, yukkk semangat mengamalkan hadits khoirunnas anfa'uhum linnas :)